Materi Ilmu Sosial dan Humaniora

Wednesday, 26 March 2014

HAMBATAN SEMANTIK DALAM KOMUNIKASI



Kemampuan untuk memberikan perintah yang jelas dan efektif menjadi salah satu bakat manajerial yang sangat berharga, namun kata-kata yang digunakan oleh seorang manajer dalam memberikan instruksi kepada karyawan nampaknya sangat sederhana dan jelas bagi beberapa orang namun membingungkan bagi yang lainnya.

Masalah ini seringkali mengacu pada determinan tertentu dari makna yang meliputi kata, emosi seseorang, kerangka referensi umum dan konteks situasional. Kesulitan kesulitan dalam menyampaikan informasi dan memahami hubungan bahasa yang alami dan penggunaan kata.

Kata semantik berasal dari bahasa Yunani, Semantikos, yang bermakna signifikan/penting dan mengacu pada kajian makna kata. Semantik berfokus pada hubungan antara simbol dan efek kepada orang. Semantik tidak mengacu pada istilah kamus, namun “general semantik” berbeda dengan semantik teori prilaku, contohnya: 1). Semantik mengacu pada makna kata, general semantik (semantik umum) berhubungan dengan sistem syaraf manusia dan sekelilingnya dan meliputi semantik, oleh karena itu, semantik yang dimaksud memberikan sistem integrasi bagi pikiran dan pengalaman manusia. 2). Pendekatan semantik umum, lebih kepada kehidupan individu, (a) secara logis mengantisipasi masa depan, (b) berprestasi sesuai kapabilitas dan (c) berprilaku pada lingkungan. 3). Beberapa prinsip operasional pada semantik umum yakni: (a) sistem syaraf manusia secara struktur sama, namun tak ada dua yang sama persis, (b) sistem syaraf manusia dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa – baik verbal maupun non verbal dan (c) peristiwa dimana individu merupakan bagian yang mempengaruhi tubuh dan pikiran secara keseluruhan.

Karena semantik berhubungan dengan makna kata, maka akan sangat membantu untuk memahami simbol-simbol yang memerintahkan prilaku kita. Arti dalam penggunaan secara terus menerus dalam budaya tertentu atau sub kultur dan berperan kardinal dalam pengelolaan manajemen.

Manajer seringkali melupakan bahwa karyawan perlu memahami kata (instruksi, perintah, pesan) yang diberikan. Karyawan harus memahami tujuan manajer menggunakannya. Penerima instruksi, pesan dan perintah harus dapat menafsirkan kata-kata pengirim dari perspektif si pengguna dan tidak dari si penerima. situasi terasa kompleks karena setiap organisasi bisnis dan ssetiap departmen dalam strukturnya, mengembangkan jargonnya sendiri.

Untuk mengilustrasikan fenomena akan kebingungan kata/makna, pertimbangkanlah kata dari RUN memiliki lebih dari 400 penggunaan yang berbeda, kata ROUND memiliki lebih dari 70 penggunaan kata yang berbeda, dan kata FAST dapat pula membingungkan.

Oleh karena itu, setiap manajer seharusnya secara hati-hati mempertimbangkan apa yang nampaknya menjadi masalah umum dalam hambatan semantik untuk operasional bisnis. Karena orang memikirkan, merasakan dan bertindak sesuai apa yang menjadi perintah sistem syaraf kita. Cara bagaimana kita berhubungan dengan dunia/lingkungan tergantun bagaimana kita memberikan simbolik. Jika manajer dan karywan dapat merespon simbol satu sama lain, mereka akan memiliki kata kunci penting kedewasaan emosional dan kesehatan mental, baik dalam maupun luar organisai atau perusahaan.

Terdapat beberapa pola pemikiran pada komunikasi organisasi. Kita akan mempertimbangkan lima masalah utama – Allness, Bypassing, Evaluation, Penilaian spontanitas dan Kesalahan penggunaan bahasa.

Allness (Apa yang diabstraksikan/digambarkan)
Allness merupakan sikap seseorang yang meyakini apa yang mereka katakan mengenai sebuah subyek tertentu, yakni semuanya ada yang dikatakan atau diketahui mengenai subyek tersebut. secara realitas, ini hanya apa yang semua mereka dapat pikirkan saat itu.
Allness terjadi karena abstraksi yang berimplikasi pada proses seleksi, memisahkan, menyimpulkan, memaknai, dan menjabarkan secara umum. Hal ini terjadi kapanpun setiap kita berbicara, menulis, mendengarkan atau membaca. Intinya, abstraksi mengurangi jumlah informasi yang diterima dalam unit yang lebih kecil yang dapat ditangani, oleh karena itu, kami menyeleksi hanya untuk penggunaanya sesuai apa yang kita rasa memiliki keuntungan bagi kita.

Tingkat Abstraksi
Adalah perlu mengetahui apa yang menjadi realitas dalam komunikasi (tangible) dan apa yang berupa abstrak (simbol). Simbol adalah representasi dari realitas; nilainya adalah membiarkan kami untuk berpikir dan berbicara tanpa memiliki obyek aktual dari pikiran.

Analogi dari sebuah teritori yang sering digunakan mengenai simbol dan hal yang konkret atau abstrak yang mereka maksud. Sebagai contoh, simbol bagaikan peta yang mempresentasikan teritori fisik namun bukan teritori itu sendiri. Sepanjang peta (simbol) akurat, kita  dapat menyepakati secara effisien dengan territori tersebut.

Proses abstraksi ini meliputi dua tingkatan (lihat exhibit 7-1), level pertama dikenal sebagai pengetahuan extensional, material yang diabstraksikan pada tingkatan ini biasanya diketahui melalui pengalaman. Pengetahuan extensional menguraikan persepsi dan penggunaan nama, statistik dan uraian dari observasi aktual yang dapat diverivikasikan oleh orang lain. Level kedua adalah intensional dan meliputi kesimpulan, opini, asumsi, penilaian dan generalisasi. Pada level intensional orang lebih terkonsentrasi pada uraian kegiatan secara verbal daripada kegiatan itu sendiri. Orientasi dari intensional adalah penekanan melalui pengalaman seseorang daripada kejadian aktual. Logika deduktif diuraikan sebagai alasan dari umum ke khusus, sedangkan logika induktif merupakan alasan dari bagian secara keseluruhan, dari khusus ke umum.

Gejala Menutup Diri
Bagian yang tak terpisahkan dari “disease of allness” adalah gejala menutup diri, pada dasarnya orang yang banyak tahu memperhatikan sesuatu hal dengan cermat. Pembicara yang menderita akan pikiran tertutup, hanya memberikan apa yang dia pertimbangkan, pendengar yang mengalami pikiran tertutup tidak akan dapat mendengarkan interpretasi dan menolak informasi baru. Manajer atau karyawan yang mengetahui banyak halmengenai subyek khusus tak dapat diajar dan langsung pada hambatan substansial pada komunikasi organisasi. Mereka dogmatis, dan mungkin tuli akan ide-ide baru, pikiran mereka tertutup dan terkunci. Dan pada akhirnya, sikap yang mereka ketahui menciptakan masalah komunikasi dalam organisasi.

Menyembuhkan gelaja Allness
Allness cendrung terjadi ketika seseorang  yang berbicara atau menulis tidak menyadari apa yang diabstraksikan. Mereka beranggapan bahwa mereka telah memahami materi dengan sempurna. Atau dua atau lebih orang menggambarkan detail yang berbeda dari situasi yang diberikan, tidak menyadari bahwa mereka sedang menguraikan dan setiap orang berasumsi dialah yang mengetahui segalanya.

Perawatan bagi Allness adalah dengan cara mengingat banyak hal khusus terlupakann dari apa yang Anda katakan, dengarkan, baca, atau menulis. Sebagai tambahan, terdapat 7 panduan umum untuk mengembangkan sikap “nonallness”.  Panduan ini untuk mengurangi struktur sementik yang keliru, agar komunikasi dapat berlangsung lebih efektif dan efisien dalam memahami linguistik dan masalah syaraf yang berhubungan. 1). Index: Jangan mengatakan 2 gadis kecil……….bilamana yang anda maksudkan bukan. “Mary dan Jane, dua gadis kecil, yang berbeda satu sama lain, dan dari semua orang lain di dunia. 2). Tanggal: Jangan mengatakan.”Ilmuwan meyakini…”Katakan..”Ilmuwan meyakini pada tahun 1956,..John Doe (1980) adalah seorang isolasionis…..”semua yang berhubungan dengan opini politik John Doe, merupakan subyek perubahan dan oleh karena itu hal ini hanya mengacu pada konteks waktu. 3). Gunakan et cetera: ketika anda mengatakan,” Mary adalah gadis yang baik…Sadari bahwa ‘Mary jauh lebih dari ‘baik’…..Mary is good, nice, kind..et cetera. 4). Gunakan quotasi (tanda petik):  sebagai contoh…”concious” dan “unconcious”….makna descriptif namun belum dibuktikansecara akurat untuk merefleksikan sebuah proses tingkatan sebuah kejadian. 5). Berhati-hatilah dengan kata self-reflexiveness: pernyataan ini bisa bermakna realitas atau dapat berupa pernyatan mengenai sebuah realitas. 6). Hindari pelabelan: Kata seperti komunis, Demokrat, Republik, Katolik atau Yahudi mengacu pada umat manusia, yang tak pernah cocok dengan label. 7). Ingatlah selalu bahwa peta bukanlah territori: kata tersebut bukanlah sesuatu hal urgen. “dimanapun kata peta dibingungkan dengan penggunaan kata teritori.

Bypassing (Kecendrungan menyalahkan orang lain)
Bypassing (BP) dapat didefinisikan sebagai sebuah tendensi seseorang untuk menyalahkan orang lain. BP mengabaikan suatu fakta bahwa sebuah kata memiliki makna yang berbeda contohnya (run, fast, salt) – dan kata kata itu dapat memiliki makna yang sama (head, john, restroom). Berikut ini adalah ilustrasi asumsi makna.

Karakteristik Bahasa
Dua perubahan dasar yang terjadi secara konstan pada bahasa kami adalah konasi (akronim-NASA, SCUBA, dan nama yang sesuai menjadi kata yang umum – john, quixotic, polyanna) penggunaan konasi contohnya acid,groovy, bread). Akumulasi kata dan penggunaan terjadi oleh karena: (a) etimologi-kata lama yang digantikan oleh kata baru (b) variasi regional-kata yang digunakan diuraikan dengan hal yang sama berbeda dengan wilayah secara geografis. (c) teknis penggunaan – para spesialis mengembangkan jargon atau bahasa khusus.

Menyembuhkan gejala Bypassing
Komunikator yang efektif harus mewaspadai masalah yang diidentifikasi pada bab ini, lihatlah raut orang sebagai pengganti dari kata untuk sebuah maksud dan harus lebih sensitif terhadap kata serta harus bertanya mengenai kata yang tak dipahami.

Kecendrungan Mengevaluasi (Evaluation Tendencies)
Hambatan alamiah lainnya dalam berkomunikasi adalah keinginan untuk mengevaluasi. Tendensi ini untuk membuktikan atau tidak yang digunakan oleh pemimpin dalam menangani atau mencari solusi dari kunci efektifitas manajerial. Untuk diskusi, tendensi kesalahan evaluasi tersegmentasi pada konfusi fakta dengan opini personal, polarisasi, pemikiran, bias, dan evaluasi yang sudah terjadi.

Kebingungan akan fakta kesimpulan.
Nampaknya hal ini menjadi tendensi umum yang terjadi disebagian besar orang untuk melewati dakwaan situasi tehadap sesuatu tanpa fakta. Terdapat tendensi terhadap bagian untuk mengaburkan kesimpulan bersifat subyektif terhadap fakta obyektif. Dalam tendensi ini terdiri dari polarisasi, bias/prasangka, evaluasi yang beku. 

Penilaian yang Spontanitas
Penilaian spontanitas merupakan respon langsung, tak terkontrol dan secara mendadak di suatu situasi. Seseorang mengungkapkan bahwa sesuatu yang mengganggu emosi, bertindak tanpa berpikir, tipe ini terjadi karena pikiran mendadak/singkat (thalamic).
Para manajer yang menderita reaksi thalamic kronis harus berusaha untuk menambah pengetahuan untuk berpikir dan mengontrol emosi sebelum bertindak.

Kesalah penggunaan Bahasa
Karakteristik dan perubahan bahasa telah diulas sebelumnya. Diskusi berikut ini berkaitan dengan tiga penyalahgunaan dalam berkomunikasi satu sama lain; berbicara sepotong-sepotong, penggunaan “is” dan “and”

0 comments:

Post a Comment

Popular Posts

Followers