Kemampuan untuk memberikan perintah yang
jelas dan efektif menjadi salah satu bakat
manajerial yang sangat berharga, namun kata-kata yang digunakan oleh seorang
manajer dalam memberikan instruksi kepada karyawan nampaknya sangat sederhana
dan jelas bagi beberapa orang namun membingungkan bagi yang lainnya.
Masalah ini seringkali
mengacu pada determinan tertentu dari makna yang meliputi kata, emosi
seseorang, kerangka referensi umum dan konteks situasional. Kesulitan kesulitan
dalam menyampaikan informasi dan memahami hubungan bahasa yang alami dan
penggunaan kata.
Kata semantik berasal
dari bahasa Yunani, Semantikos, yang bermakna signifikan/penting dan mengacu
pada kajian makna kata. Semantik berfokus pada hubungan antara simbol dan efek
kepada orang. Semantik tidak mengacu pada istilah kamus, namun “general semantik”
berbeda dengan semantik teori prilaku, contohnya: 1). Semantik mengacu pada
makna kata, general semantik (semantik umum) berhubungan dengan sistem syaraf
manusia dan sekelilingnya dan meliputi semantik, oleh karena itu, semantik yang
dimaksud memberikan sistem integrasi bagi pikiran dan pengalaman manusia. 2). Pendekatan
semantik umum, lebih kepada kehidupan individu, (a) secara logis mengantisipasi
masa depan, (b) berprestasi sesuai kapabilitas dan (c) berprilaku pada
lingkungan. 3). Beberapa prinsip operasional pada semantik umum yakni: (a)
sistem syaraf manusia secara struktur sama, namun tak ada dua yang sama persis,
(b) sistem syaraf manusia dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa – baik verbal
maupun non verbal dan (c) peristiwa dimana individu merupakan bagian yang
mempengaruhi tubuh dan pikiran secara keseluruhan.
Karena semantik
berhubungan dengan makna kata, maka akan sangat membantu untuk memahami
simbol-simbol yang memerintahkan prilaku kita. Arti dalam penggunaan secara
terus menerus dalam budaya tertentu atau sub kultur dan berperan kardinal dalam
pengelolaan manajemen.
Manajer seringkali
melupakan bahwa karyawan perlu memahami kata (instruksi, perintah, pesan) yang
diberikan. Karyawan harus memahami tujuan manajer menggunakannya. Penerima instruksi,
pesan dan perintah harus dapat menafsirkan kata-kata pengirim dari perspektif
si pengguna dan tidak dari si penerima. situasi terasa kompleks karena setiap
organisasi bisnis dan ssetiap departmen dalam strukturnya, mengembangkan
jargonnya sendiri.
Untuk mengilustrasikan
fenomena akan kebingungan kata/makna, pertimbangkanlah kata dari RUN memiliki lebih dari 400 penggunaan
yang berbeda, kata ROUND memiliki
lebih dari 70 penggunaan kata yang berbeda, dan kata FAST dapat pula membingungkan.
Oleh karena itu, setiap
manajer seharusnya secara hati-hati mempertimbangkan apa yang nampaknya menjadi
masalah umum dalam hambatan semantik untuk operasional bisnis. Karena orang
memikirkan, merasakan dan bertindak sesuai apa yang menjadi perintah sistem syaraf
kita. Cara bagaimana kita berhubungan dengan dunia/lingkungan tergantun
bagaimana kita memberikan simbolik. Jika manajer dan karywan dapat merespon
simbol satu sama lain, mereka akan memiliki kata kunci penting kedewasaan
emosional dan kesehatan mental, baik dalam maupun luar organisai atau
perusahaan.
Terdapat beberapa pola
pemikiran pada komunikasi organisasi. Kita akan mempertimbangkan lima masalah
utama – Allness, Bypassing, Evaluation, Penilaian spontanitas dan Kesalahan
penggunaan bahasa.
Allness (Apa yang diabstraksikan/digambarkan)
Allness merupakan sikap
seseorang yang meyakini apa yang mereka katakan mengenai sebuah subyek
tertentu, yakni semuanya ada yang dikatakan atau diketahui mengenai subyek
tersebut. secara realitas, ini hanya apa yang semua mereka dapat pikirkan saat
itu.
Allness terjadi karena
abstraksi yang berimplikasi pada proses seleksi, memisahkan, menyimpulkan,
memaknai, dan menjabarkan secara umum. Hal ini terjadi kapanpun setiap kita
berbicara, menulis, mendengarkan atau membaca. Intinya, abstraksi mengurangi
jumlah informasi yang diterima dalam unit yang lebih kecil yang dapat
ditangani, oleh karena itu, kami menyeleksi hanya untuk penggunaanya sesuai apa
yang kita rasa memiliki keuntungan bagi kita.
Tingkat Abstraksi
Adalah perlu mengetahui
apa yang menjadi realitas dalam komunikasi (tangible) dan apa yang berupa
abstrak (simbol). Simbol adalah representasi dari realitas; nilainya adalah
membiarkan kami untuk berpikir dan berbicara tanpa memiliki obyek aktual dari
pikiran.
Analogi dari sebuah
teritori yang sering digunakan mengenai simbol dan hal yang konkret atau
abstrak yang mereka maksud. Sebagai contoh, simbol bagaikan peta yang
mempresentasikan teritori fisik namun bukan teritori itu sendiri. Sepanjang
peta (simbol) akurat, kita dapat
menyepakati secara effisien dengan territori tersebut.
Proses abstraksi ini
meliputi dua tingkatan (lihat exhibit 7-1), level pertama dikenal sebagai
pengetahuan extensional, material
yang diabstraksikan pada tingkatan ini biasanya diketahui melalui pengalaman.
Pengetahuan extensional menguraikan persepsi dan penggunaan nama, statistik dan
uraian dari observasi aktual yang dapat diverivikasikan oleh orang lain. Level
kedua adalah intensional dan meliputi kesimpulan, opini, asumsi, penilaian dan
generalisasi. Pada level intensional orang lebih terkonsentrasi pada uraian
kegiatan secara verbal daripada kegiatan itu sendiri. Orientasi dari
intensional adalah penekanan melalui pengalaman seseorang daripada kejadian
aktual. Logika deduktif diuraikan sebagai alasan dari umum ke khusus, sedangkan
logika induktif merupakan alasan dari bagian secara keseluruhan, dari khusus ke
umum.
Gejala Menutup Diri
Bagian yang tak
terpisahkan dari “disease of allness” adalah gejala menutup diri, pada dasarnya
orang yang banyak tahu memperhatikan sesuatu hal dengan cermat. Pembicara yang
menderita akan pikiran tertutup, hanya memberikan apa yang dia pertimbangkan,
pendengar yang mengalami pikiran tertutup tidak akan dapat mendengarkan
interpretasi dan menolak informasi baru. Manajer atau karyawan yang mengetahui
banyak halmengenai subyek khusus tak dapat diajar dan langsung pada hambatan
substansial pada komunikasi organisasi. Mereka dogmatis, dan mungkin tuli akan
ide-ide baru, pikiran mereka tertutup dan terkunci. Dan pada akhirnya, sikap
yang mereka ketahui menciptakan masalah komunikasi dalam organisasi.
Menyembuhkan gelaja Allness
Allness cendrung terjadi ketika seseorang yang berbicara atau menulis tidak menyadari
apa yang diabstraksikan. Mereka beranggapan bahwa mereka telah memahami materi
dengan sempurna. Atau dua atau lebih orang menggambarkan detail yang berbeda
dari situasi yang diberikan, tidak menyadari bahwa mereka sedang menguraikan
dan setiap orang berasumsi dialah yang mengetahui segalanya.
Perawatan bagi Allness
adalah dengan cara mengingat banyak hal khusus terlupakann dari apa yang Anda
katakan, dengarkan, baca, atau menulis. Sebagai tambahan, terdapat 7 panduan
umum untuk mengembangkan sikap “nonallness”.
Panduan ini untuk mengurangi struktur
sementik yang keliru, agar komunikasi dapat berlangsung lebih efektif dan
efisien dalam memahami linguistik dan masalah syaraf yang berhubungan. 1). Index: Jangan mengatakan 2 gadis
kecil……….bilamana yang anda maksudkan bukan.
“Mary dan Jane, dua gadis kecil, yang berbeda satu sama lain, dan dari
semua orang lain di dunia. 2). Tanggal: Jangan
mengatakan.”Ilmuwan meyakini…”Katakan..”Ilmuwan meyakini pada tahun 1956,..John
Doe (1980) adalah seorang isolasionis…..”semua yang berhubungan dengan opini
politik John Doe, merupakan subyek perubahan dan oleh karena itu hal ini hanya
mengacu pada konteks waktu. 3). Gunakan
et cetera: ketika anda mengatakan,” Mary adalah gadis yang baik…Sadari
bahwa ‘Mary jauh lebih dari ‘baik’…..Mary is good, nice, kind..et cetera. 4). Gunakan quotasi (tanda petik): sebagai contoh…”concious” dan
“unconcious”….makna descriptif namun belum dibuktikansecara akurat untuk
merefleksikan sebuah proses tingkatan sebuah kejadian. 5). Berhati-hatilah dengan kata self-reflexiveness: pernyataan ini bisa
bermakna realitas atau dapat berupa pernyatan mengenai sebuah realitas. 6). Hindari pelabelan: Kata seperti komunis,
Demokrat, Republik, Katolik atau Yahudi mengacu pada umat manusia, yang tak
pernah cocok dengan label. 7). Ingatlah
selalu bahwa peta bukanlah territori: kata tersebut bukanlah sesuatu hal
urgen. “dimanapun kata peta dibingungkan dengan penggunaan kata teritori.
Bypassing (Kecendrungan menyalahkan orang lain)
Bypassing (BP) dapat
didefinisikan sebagai sebuah tendensi seseorang untuk menyalahkan orang lain.
BP mengabaikan suatu fakta bahwa sebuah kata memiliki makna yang berbeda
contohnya (run, fast, salt) – dan kata kata itu dapat memiliki makna yang sama
(head, john, restroom). Berikut ini adalah ilustrasi asumsi makna.
Karakteristik
Bahasa
Dua perubahan dasar yang terjadi secara
konstan pada bahasa kami adalah konasi (akronim-NASA, SCUBA, dan nama yang
sesuai menjadi kata yang umum – john, quixotic, polyanna) penggunaan konasi
contohnya acid,groovy, bread). Akumulasi kata dan penggunaan terjadi oleh
karena: (a) etimologi-kata lama yang digantikan oleh kata baru (b) variasi
regional-kata yang digunakan diuraikan dengan hal yang sama berbeda dengan
wilayah secara geografis. (c) teknis penggunaan – para spesialis mengembangkan
jargon atau bahasa khusus.
Menyembuhkan
gejala Bypassing
Komunikator yang efektif harus
mewaspadai masalah yang diidentifikasi pada bab ini, lihatlah raut orang
sebagai pengganti dari kata untuk sebuah maksud dan harus lebih sensitif
terhadap kata serta harus bertanya mengenai kata yang tak dipahami.
Kecendrungan
Mengevaluasi (Evaluation Tendencies)
Hambatan alamiah lainnya dalam
berkomunikasi adalah keinginan untuk mengevaluasi. Tendensi ini untuk
membuktikan atau tidak yang digunakan oleh pemimpin dalam menangani atau
mencari solusi dari kunci efektifitas manajerial. Untuk diskusi, tendensi
kesalahan evaluasi tersegmentasi pada konfusi fakta dengan opini personal,
polarisasi, pemikiran, bias, dan evaluasi yang sudah terjadi.
Kebingungan
akan fakta kesimpulan.
Nampaknya hal ini menjadi tendensi umum
yang terjadi disebagian besar orang untuk melewati dakwaan situasi tehadap
sesuatu tanpa fakta. Terdapat tendensi terhadap bagian untuk mengaburkan
kesimpulan bersifat subyektif terhadap fakta obyektif. Dalam tendensi ini
terdiri dari polarisasi, bias/prasangka, evaluasi yang beku.
Penilaian
yang Spontanitas
Penilaian spontanitas merupakan respon
langsung, tak terkontrol dan secara mendadak di suatu situasi. Seseorang
mengungkapkan bahwa sesuatu yang mengganggu emosi, bertindak tanpa berpikir,
tipe ini terjadi karena pikiran mendadak/singkat (thalamic).
Para manajer yang menderita reaksi
thalamic kronis harus berusaha untuk menambah pengetahuan untuk berpikir dan
mengontrol emosi sebelum bertindak.
Kesalah
penggunaan Bahasa
Karakteristik dan
perubahan bahasa telah diulas sebelumnya. Diskusi berikut ini berkaitan dengan
tiga penyalahgunaan dalam berkomunikasi satu sama lain; berbicara
sepotong-sepotong, penggunaan “is”
dan “and”
0 comments:
Post a Comment