Teori
pelanggaran pengharapan merupakan teori yang berkaitan dengan komunikasi dan
interaksi melalui perilaku non verbal yang ditampilkan. Judee Burgoon (1978) yang mengembangkan teori pelanggaran
pengharapan mengemukakan bahwa isyarat-isyarat non verbal merupakan sifat serta
bagian penting dari penciptaan atau produksi pesan dan interpretasi
(pemprosesan). Teori pelanggaran pengharapan ini berfungsi bagaimana pentingnya
memahami perilaku non verbal yang berbeda setiap budaya.
Dasar Teori
Pelanggaran Pengharapan
Judee
Burgoon (1978) mengemukakan bahwa teori pelanggaran pengharapan dikembangkan
untuk memahami konsep-konsep komunikasi non verbal dan pengaruhnya terhadap
percakapan. Burgoon dan rekannya mempelajari berbagai pesan dan pengaruh
komunikasi non verbal terhadap produksi pesan. Burgoon mengemukakan bahwa “isyarat-isyarat
non verbal merupakan sifat serta bagian penting dari penciptaan (produksi) pesan
dan interpretasi (pemprosesan).
Dalam
Teori Pelanggaran Pengharapan, Burgoon menyarankan agar orang tidak menaruh
harapan tertentu mengenai perilaku non verbal orang lain. Burgoon berpendapat bahwa
perubahan jarak yang tidak terduga diantara dua orang yang bercakap-cakap
seringkali menimbulkan kerancuan. Salah astu contoh yang diungkapkan Burgoon
dalam teori Pelanggaran Pengharapan yaitu fungsi ruang dan harapan mengenai
jarak percakapan. Jarak ruang salah satu contoh untuk memahami konsep dasar
teori ini.
Edward
Hall (1966) seorang ahli antropologi yang menemukan konsep proksemik
mengemukakan bahwa terdapat empat zona ruang atau jarak dalam interaksi yaitu :
1). Jarak intim; merupakan perilaku yang terjadi dalam jarak antara 0 sampai
dengan 18 inci masuk dalam zona ini. 2). Jarak pribadi; wilayah ini meliputi
perilaku yang terjadi dalam jarak dari 18 inci sampai 4 kaki. 3). Jarak sosial;
yaitu wilayah prosemik antara 4 sampai 12 kaki. 4). Jarak publik; yaitu antara
jarak 12 kaki atau lebih dianggap sebagai jarak umum, fase dekat jarak umum
digunakan saat melakukan diskusi formal.
Asumsi Teori
Pelanggaran Pengharapan
Teori
ini berawal dari bentuk penyampaian pesan kepada orang lain dan perilaku yang
terjadi selama percakapan berlangsung. Terdapat tiga asumsi yang memandu teori
pelanggaran pengharapan yaitu :
Asumsi Pertama :
suatu
pengharapan menggerakkan interaksi antar manusia. Setiap orang menaruh
pengharapan dalam interaksinya dengan orang lain.
Asumsi Kedua : pengharapan atas
perilaku manusia selalu dipelajari. Setiap individu akan selalu mempelajari
pengharapanya baik secara individu maupun budaya secara keseluruhan.
Asumsi Ketiga : orang dapat
memprediksi perilaku non verbal. Dalam melakukan komunikasi dan interaksi
prediksi perilaku non verbal yang ditampilkan oleh seseorang dapat diprediksi.
0 comments:
Post a Comment